Selasa, 29 Mei 2012

Resume 3



Resume III
“Konsep Yin Yang”
Iman Abdurachman     1110032100010
Sapinah                      1110032100021


 

Dalam budaya Cina kuno, prinsip polaritas Yin dan Yang merupakan prinsip dasar kehidupan mereka. Kekuatan untuk dapat mempertahankan hidup dan kemudian mengembangkannya berasal dari pengolahan pengalaman dengan prinsip tersebut. Masa-masa penuh penderitaan yang terjadi tidak pernah membuat mereka kecewa atau frustasi, melainkan membuat mereka berpegang teguh pada harapan yang lebih pasti bahwa di suatu saat nanti akan ada kebahagiaan. Tujuan mereka mengembangkan prinsip ini adalah semata untuk mencari nafkah yaitu perhitungan dalam bertani dan bernelayan. Perhitungan ini dalam perkembangan selanjutnya berkembang menjadi pengetahuan menghitung hari, horoskop, dan lain sebagainya. Prinsip yang sudah sangat mendasar dalam kebudayaan Cina ini banyak dikembangkan oleh berbagai ajaran, terutama Taoisme. Lao Tzu tanpa memahami prinsip yin yang tidak akan mungkin mengajak manusia untuk kembali bersatu dengan alam. Yin yang dan Taoisme, secara filosofis dan praktis, bersifat saling melengkapi.
Prinsip Yin-Yang juga merupakan suatu seni kehidupan orang-orang Cina. Seni ini terletak pada usaha menjaga keseimbangan yang satu dengan yang lain yang secara alami saling berlawanan. Alan Watts, dalam bukunya Tao: The Watercourse Way, memahami prinsip ini sebagai suatu negasi dan bukan suatu kontradiksi atau konflik. Prinsip ini pada dasarnya selalu menyangkal yang lain dan tidak memerangi. Orang-orang Cina dapat hidup seimbang dengan prinsip ini ketika mereka memahami gerak angin, pasang surut, ombak, cuaca, dan berbagai prinsip alam lainnya. Inilah hidup seimbang mengikuti alam. Manusia tidaklah bisa melawan alam, melainkan hanya bisa mengikuti dan mematuhinya. Dalam hal ini prinsip Tao, dengan li sebagai polanya, menjadi suatu jalan.

Pokok relasi antara yin dan yang disebut sebagai Hsiang sheng, ,suatu pola saling mengembangkan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Lao Tzu dalam Tao Te Ching 2 juga mengungkapkannya.
… yang ada dan yang tidak ada saling menciptakan. Susah dan mudah saling mendukung … Sebelum dan sesudah saling mengikuti …


Jadi, ada dan tidak ada, susah dan mudah, sebelum dan sesudah itu berbeda, namun tak dapat dipisahkan. Mereka adalah kesatuan yang saling tergantung. Juga, tak akan ada kemungkinan akhir di mana yang satu akan menang dari yang satunya lagi. Yin dan yang bagi Alan Watts dikonotasikan sebagai ‘lovers wrestling’ daripada ‘enemies fighting.’ Artinya yin dan yang bukan sama sekali ruang kosong, melainkan suatu ruang yang memiliki titik yang berlawanan yang saling mengisi dan melengkapi. Yin dan yang tidak pernah saling kalah mengalahkan, melainkan saling me-negasi seperti layaknya dua pribadi yang berlawanan jenis saling cinta. Maka dengan demikian, yin yang bukanlah suatu prinsip yang kosong sama sekali, melainkan suatu kung, suatu kekosongan yang memiliki makna. Pemahaman seperti ini sama seperti dalam Tao di mana yang ‘berwujud’ dan ‘tidak berwujud’ saling berperanan dalam mengembangkan kehidupan.
Manusia menyatukan jari-jari sebuah roda, dan itu adalah pusat yang dapat membuat sebuah kereta berjalan … kita bekerja dengan yang ada, namun yang tidak ada adalah yang kita gunakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar