Resume XII
“Etika dalam agama Konghucu”
Iman Abdurachman 1110032100010
Sapinah 1110032100021
Etika dalam agama Konghucu
Untuk mengenal ajaran etika Konghucu secara mendalam, maka kita harus mengenal apa yang disebut dengan San Kang (tiga hubungan tata karma), Ngo Lun (Lima norma kesopanan dalam masyarakat ), Pa Te (Delapan sifat mulia atau delapan kebijakan ), pentingnya nilai belajar bagai manusia dan etika terhadap makluk halus.
1. San kang (tiga hubungan tata karma)
Pengertian dari San Kang atau tiga hubungan tata karma ini adalah :
a. Hubungan raja dengan menteri atau atasan dengan bawahan
Ungkapan konghucu :
“seorang raja memperlakukan mentrinya dengan Li (kesopanan atau penuh dengan budi pekerti yang baik). Seorang mentri mengabdi kepada raja dengan kesetiaannya.” (Lun Gi III: 19)
Perkataan Konghucu diatas menggambarkan bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan haruslah dapat menghormati atasannya sebagai mana layaknya seorang atasan.
b. Hubngan orang tua dengan anak
Konghucu juga membicarakan tentang hubungan bapak dengan anak-anaknya, dan juga sebaliknya hubungan anak dengan orang tuanya.
Perkataan Konghucu :
“ Raja berfungsi sebagai fungsi, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi XII: II) Perkataan Konghucu di atas menggambarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari , seseorang harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik.
c. Hubungan suami dengan istri
Bagi Konghucu hubungan suami dengan istri haruslah juga didasarkan pada sifat-sifat baik dan terpuji. Seorang suami haruslah dapat menghormati istrinya dan begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata Mencius di bawah ini :
“Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”. (Mencius III, 2;2) istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap printah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar perintah suaminya.
Jika seorang istri dapat menuruti perintah suaminya, bukan berarti suami dapat berbuat sekehendak hatinya, namun suami hendaklah dapat berbuat yang terbaik untuk istrinya. Bagi khanghucu sebaiknya suami bersikap sebagai seorang kuncu (manusia budiman) yang dapat menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
2. Ngo Lun (lima norma kesopanan dalam masyarakat)
Ngo Lun itu juga disebut sebagai Wu Luen, yang artinya juga “lima norma kesopanan dalam masyarakat”. Baik Ngo Lun, maupun Wu Luen, mempunyai arti yang sama.
Dalam San Kang dibicarakan tentang:
1. Hubungan raja dengan menteri atau hubungan atasan dengan bawahan.
2. Hubungan Ayah dengan anak,
3. hubungan suami dengan istri.
Dalam Ngo Lun, ketiga hubungan tersebut ditambah dengan dua hubungan lagi yaitu:
a. Hubungan saudara dengan saudara
perkataan Konghucu tentang hubungan saudara dengan saudara:
“Seorang muda, di rumah hendaklah erlaku bakti, di luar (rumah) hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I:6)
b. Hubungan teman dengan teman
Konghucu mengatakan :
“Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga seorang sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal baik, dan hanya pandai memutar lidah akan membawa celaka. (Lun Gi, XIV : 4)
3. Sifat-sifat mulia dalam ajaran Konghucu
1) Wu Chang (lima sifat yang mulia)
Lima sifat yang mulia (Wu Chang) terdiri dari:
a) Pengertian Ren/Jin/Jen: (cinta kasih)
Menurut Houston Smith, kata ren/jin/jen ini dapat di terjemaahkan banyak arti seperti kebaikan, dari manusia ke manusia, pemurah hati,cinta, dan juga diartikan sbagai berhati manusia. Dalam pandangan Konghucu dalam kehidupan jen merupakan inti sari dari kesempurnaan adi kodrati, yang diakuinya sendiri belum pernah dilihatnya terwujud sepenuhnya.
Gagasan Konghucu mengenai yi (peri keadilan kelurusan) jauh lebih berbeda dengan gagasannya terhadap jen (prikemanusiaan). Gagasan mengenai yi lebih bersifat aga formal. Sedangkan gagasan jen jauh lebih bersifat kongkrit.
Ketika Hwan-Thi (murid Konghucu) bertanya tentang cinta kasih (perikemausiaan), Konghucu menjawab : “prikemanusiaan (cinta kasih) itu dapat trwujud dengan jalan mencintai orang lain.” (Lun Gi XII,22). Hwan-thi bertanya lagi tentang kebijaksanaan, dan Konghucu menjawab: “kebajikan itu adalah seseorang yang dapat mengenal orang lain”. (Lun Gi XX, 22:2)
b) Pengertian I/Gi
Chau Ming, mengartikan I atau Gi, sebagai rasa solidaritas, rasa senasib-sepenanggungan dan rasa membela kebenaran. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikan i atau gi sebagai “keadilan” dan “kebenaran”. Hal ini dapat terlihat dalam Konghucu, “seorang Kuncu(manusia budiman) hanya mengerti akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan keuntungan.” (Lun Gi IV: 16).
c) Pengertian Li/Lee
Pengertian Li menurut Konghucu adalah “sopan-santun” dan “tata krama” atau “budi pekerti”. Suatu hubungan yang dilakukan oleh manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li. Li adalah suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Konghucu mengartikan Li ini sebagai “ritus” atau “upacara”.
d) Pengertian Ce/Ti (bijaksana)
Konsep kebijaksanaan menurut Konghucu :
“bila kita melihat orang yang bijaksana, kita harus berusaha menyamainya. Bila kita melihat orang yangb tidak bijaksana kita harus memeriksa dan melihat dalam diri kita sendiri”. (Lun Gi IV:17)
Dari perkataan diatas Konghucu sangat menekankan pentingnya sikap Ti atau Ce, karna sikap itu dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi seseorang.
e) Pengertian Sin
Sin artinya “dapat dipercaya”. Seseorang tidak hanya percaya pada dirinya sendiri tapi juga harus dapat dipercaya oleh orang lain. Menurut Konghucu, Sin mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, tanpa Sin seseorang tidak banyak mempunyai arti dalam masyarakat.
2) Pengertian Pa Te (delapan sifat mulia)
a) Siau/Hau
Siau/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus terhadap orang tua, guru, dan leluhur. Seorang anak harus dapat berbakti kepada orang tuanya , baik orang tuanya masih hidup maupun sudah meninggal dunia.
b) Thi/Tee
Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua diantasa saudara. Maksudnya dalam kehidupan rumah tangga seorang adik harus menghormati kakanya. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, yang muda menghormati yang tua.
c) Cung/Tiong
Cung atau Tiong, dapat diartikan sebagai setia terhadap atasan, setia terhadap teman dan kerabat.
d) Sin
Sin dapat diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau menepati janji, orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan dibenci oleh orang lain.
e) Lee/Li
Lee atau Lee dapat diartikan sebagai sopan santun, tatak rama dan budi pekerti.
f) I/Gi
I/Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup.
g) Lien/Liam
Lien/Liam dapat diartikan memperaktekan cara hidup yamg sederhana dan tidak melakukan penyelewengan.
h) Che/Thi
Che/Thi diartikan dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak moral.
3) Chun Tzu atau kuncu menurut pandangan konghucu
Setelah seseorang dapat melaksanakan San Kang, Ngo Lun, Wu Chang, dan Pa Te. Maka ia akan sampai pada pengwrtian manusia yang ideal yang oleh Konghucu disebut Chun Tzu atau kuncu (manusia budiman). Ini dapat di wujudkan melalui pengembangan watak dan moral yang baik berdasarkan ajaran Konghucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar